Jumat, 04 April 2014

Penggunaan Bahasa Indonesia Secara Baik dan Benar

Penggunaan Bahasa
Indonesia Secara Baik dan Benar

Pada dasarnya bahasa memiliki fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yaitu sebagai alat untuk mengekspresikan diri, alat untuk berkomunikasi, alat untuk mengadakan integrasi, dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997 :3).
Mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 46 tahun 2009 tentang pedoman umum ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan maka telah di atur tentang pemakaian huruf, penulisan kata dan pemakaian tanda baca.

A. Contoh penggunaan pemakaian huruf:
1.       Huruf diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan aiau, dan oi.
Huruf
Contoh Pemakaian dalam Kata
Diftong
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
ai
ain
malaikat
pandai
au
aula
saudara
harimau
oi
-
boikot
amboi


2.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari,dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".


3.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
              Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
              Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
              Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.

B. Contoh penulisan kata :
1.       Kata dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.

2.       Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
anak-anak           mata-mata
berjalan-jalan    menulis-nulis
biri-biri                  mondar-mandir
buku-buku          ramah-tamah
hati-hati               sayur-mayur
kuda-kuda          serba-serbi
kupu-kupu          terus-menerus
lauk-pauk            tukar-menukar

3.       Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
       Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop.
Siti mematuhi nasihat sang kakak.
Catatan:
Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur        nama diri.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.
Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.

C. Contoh pemakaian tanda baca :
1.       Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
               Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
               Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.

Catatan:
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.

2.       Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
Keberhasilan itu–saya yakin–dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.

3.       Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!


Contoh fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.
Fungsi bahasa dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu fungsi bahasa secara umum dan secara khusus.
Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada dan pikiran kita, sekurang-kurangnya dapat memaklimkan keberadaan kita. Misalnya seperti seorang penulis buku, mereka akan menuangkan segala seseuatu yang mereka pikirkan ke dalam sebuah tulisan tanpa memikirkan si pembaca, mereka hanya berfokus pada keinginan mereka sendiri.
Sebenarnya ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
(1) Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita;
(2) Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4). Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli atau menanggapi hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum..Dengan kata lain, kata besar atau luas,dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata makro akan memberikan nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.
Contohnya : Kata griya, misalnya lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum

Sumber :
Bahasa Indonesia part. 1 EDY PRIHANTORO, SS., MMSI  FAKULTAS SASTRA  UNIVERSITAS GUNADARMA